Ratusan Gerai Alfamart Tutup, Dampaknya bagi Tukang Parkir dan Pekerja Lainnya

Ratusan Gerai Alfamart Tutup, Dampaknya bagi Tukang Parkir dan Pekerja Lainnya

Smallest Font
Largest Font

Harazakida.com - “Bingung juga karena mengandalkan di sini.” – Nasrullah, tukang parkir

Penutupan ratusan gerai Alfamart di berbagai daerah menjadi kabar yang mengkhawatirkan banyak pihak. Salah satunya adalah Nasrullah (48), seorang tukang parkir yang biasa berjaga di salah satu gerai Alfamart di Kecamatan Bogor Barat, Jawa Barat. Nasrullah kaget dan cemas saat mengetahui kabar bahwa banyak gerai Alfamart yang akan tutup. Sebab, pekerjaan parkir yang selama ini ia jalani menjadi andalan utama untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bersama keluarganya.

Penghasilan yang Bergantung pada Pengunjung

Nasrullah, yang sebenarnya bekerja sebagai kuli bongkar muat, mengungkapkan bahwa ia biasanya menjaga parkir di Alfamart saat tidak ada muatan. Pekerjaan ini memberinya penghasilan tambahan yang cukup membantu untuk menyambung hidup. Namun, penghasilan tersebut sangat bergantung pada jumlah pengunjung gerai. Pada hari-hari tertentu, pendapatan yang ia terima bisa berkisar antara Rp 50.000 hingga Rp 100.000 per hari, tergantung pada seberapa ramai gerai tersebut dikunjungi.

Namun, tidak semua gerai Alfamart memiliki tingkat kunjungan yang sama. Nasrullah mengatakan bahwa di gerai tempat ia bekerja, yang terletak di jalur cepat dan tidak terlalu ramai, penghasilan yang didapatkan seringkali tidak sebesar yang diharapkan. Meskipun begitu, penghasilan dari parkir cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya, termasuk biaya pendidikan untuk dua anaknya.

"Kalau dari penghasilan parkir cukup buat makan keluarga sama dua anak saya di rumah, nambah-nambah buat mereka sekolah juga," ujarnya.

Kekhawatiran Kehilangan Pekerjaan

Dengan kabar bahwa ratusan gerai Alfamart akan ditutup pada tahun ini, Nasrullah mengaku khawatir akan kehilangan pendapatan tetap dari pekerjaan parkirnya. “Kalau toko Alfamart tutup, saya pasti kehilangan pendapatan. Bingung juga karena mengandalkan di sini,” keluhnya. Meskipun begitu, Nasrullah tetap berharap bisa mendapatkan pekerjaan lain di sekitar lokasi, misalnya dengan menjaga parkir di ruko-ruko yang ada di sekitar tempatnya bekerja. Namun, ia menyadari bahwa hal tersebut belum tentu mudah dilakukan.

Keputusan penutupan ini tidak hanya berdampak pada Nasrullah, tetapi juga pada banyak pekerja lain yang bergantung pada keberadaan gerai-gerai Alfamart. Dalam hal ini, penutupan beberapa gerai tersebut lebih dari sekadar keputusan bisnis. Ini adalah dampak dari kenaikan biaya sewa yang semakin tinggi, serta keinginan pemilik waralaba untuk beralih usaha ke sektor lain.

Faktor Ekonomi di Balik Penutupan Gerai

Penyebab utama di balik penutupan sejumlah gerai ini adalah faktor ekonomi yang semakin memberatkan banyak pemilik gerai. Solihin, Corporate Affairs Director PT Sumber Alfaria Trijaya (Alfamart), menyatakan bahwa biaya sewa yang semakin mahal menjadi alasan penting di balik keputusan untuk menutup beberapa gerai. Menurutnya, kenaikan biaya sewa yang tinggi tidak dapat dipertahankan, dan jika biaya sewa sudah tidak wajar, gerai harus ditutup.

Selain itu, banyak pemegang waralaba atau franchise Alfamart yang memutuskan untuk beralih ke usaha lain. Alfamart memang menawarkan kerja sama franchise dengan modal awal sekitar Rp 300 juta. Namun, beberapa franchisee merasa lebih menguntungkan untuk membuka usaha di tempat lain yang lebih menjanjikan.

Dampak bagi Pekerja Informal

Penutupan gerai Alfamart ini juga membawa dampak serius bagi banyak pekerja informal yang sehari-harinya mengandalkan keberadaan gerai-gerai minimarket tersebut. Mereka yang bekerja sebagai tukang parkir, penjaga toko, atau pekerja lepas lainnya sering kali tidak memiliki cadangan penghasilan lain jika salah satu tempat kerja mereka tutup. Untuk mereka, kehilangan satu gerai Alfamart berarti kehilangan penghasilan tetap yang sangat penting untuk kelangsungan hidup.

Nasrullah bukan satu-satunya yang merasa cemas dengan penutupan ini. Banyak pekerja lain yang harus menghadapi kenyataan bahwa pekerjaan mereka terancam. Bahkan, ada kekhawatiran bahwa keputusan penutupan ini bisa mempengaruhi stabilitas ekonomi keluarga mereka.

Harapan untuk Masa Depan

Meskipun begitu, Nasrullah tetap berharap bahwa ia bisa mendapatkan pekerjaan di tempat lain. Ia menyebutkan, “Tetapi karena di sebelah juga ada ruko, paling parkirin motor dan mobil di situ juga.” Harapan ini menunjukkan bahwa meskipun situasi menjadi lebih sulit, ia masih berusaha untuk tetap bertahan dan mencari alternatif pendapatan.

Pekerja seperti Nasrullah adalah gambaran dari banyak pekerja informal lainnya yang kesejahteraannya sangat bergantung pada keberlanjutan usaha besar seperti Alfamart. Oleh karena itu, penutupan sejumlah gerai Alfamart ini menyoroti betapa rentannya posisi banyak pekerja yang bergantung pada sektor retail untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.

Penutupan Gerai, Apa Solusinya?

Keputusan untuk menutup sejumlah gerai tentu saja adalah pilihan bisnis yang harus dipahami dari sisi perusahaan. Namun, penting juga untuk mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi dari keputusan tersebut terhadap pekerja dan masyarakat sekitar. Pemerintah dan perusahaan harus mencari solusi agar pekerja seperti Nasrullah tidak terlalu terbebani dengan keputusan yang diambil.

Salah satu solusi yang bisa dipertimbangkan adalah memberikan pelatihan keterampilan kepada para pekerja informal untuk membuka peluang kerja di sektor lain. Selain itu, keberadaan program pengalihan pekerjaan atau bantuan finansial sementara juga bisa membantu pekerja agar bisa bertahan selama masa transisi.

Penutupan ratusan gerai Alfamart menunjukkan tantangan yang tidak hanya dihadapi oleh perusahaan besar, tetapi juga oleh para pekerja informal yang bergantung pada usaha-usaha retail untuk mendapatkan penghasilan. Pekerja seperti tukang parkir yang setiap hari bekerja di sekitar gerai-gerai tersebut, sering kali tidak memiliki pilihan lain jika tempat kerjanya tutup. Bagi mereka, perubahan ini bukan hanya soal kehilangan pekerjaan, tetapi juga soal kelangsungan hidup dan masa depan keluarga. Diperlukan upaya bersama antara perusahaan, pemerintah, dan masyarakat untuk menciptakan solusi yang dapat membantu pekerja informal menghadapi masa depan yang lebih baik.***

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow