Kenapa Pekerja Lapangan Sering Jadi Tumbal?

Kenapa Pekerja Lapangan Sering Jadi Tumbal?

Smallest Font
Largest Font

Harazakida.com - Pernah nggak sih kamu merasa seperti "tumbal" dalam sebuah proyek atau kebijakan perusahaan? Di satu sisi, kamu harus mengikuti arahan dari atasan atau project leader yang mungkin nggak punya gambaran jelas tentang tantangan yang kamu hadapi setiap hari. Di sisi lain, keputusan-keputusan itu sering kali bisa membuat kamu terperosok ke dalam masalah, bahkan berisiko kehilangan pekerjaan. Rasanya seperti semua beban itu jatuh di pundak kamu, sementara yang mengambil keputusan malah jauh dari realitas yang kamu jalani.

Ini bukan cuma perasaan, loh. Banyak pekerja di lapangan yang merasakan hal ini setiap hari. Mereka yang terjun langsung dalam pekerjaan, yang menghadapi masalah nyata di lapangan, sering kali jadi pihak yang harus menerima dampak dari kebijakan-kebijakan yang diambil oleh orang-orang di atas. Tapi, kenapa ya hal ini bisa terjadi? Dan kenapa para pekerja ini sering kali merasa terjebak dalam situasi yang tidak adil?

"Pekerja lapangan sering jadi "tumbal" keputusan perusahaan, tanpa bisa speak up karena takut kehilangan pekerjaan. Keputusan harus lebih adil dan melibatkan mereka."


Pekerja Lapangan: Siapa yang Paling Rentan?

Pekerja lapangan itu bukan sekadar "buruh" yang harus menyelesaikan tugas, mereka adalah orang-orang yang menghadapi tantangan nyata yang mungkin nggak terlihat oleh orang-orang di kantor atau ruang rapat. Mereka yang menangani masalah langsung dengan klien, pelanggan, atau bahkan kondisi di lapangan yang tak terduga. Mereka juga yang bertanggung jawab memastikan proyek atau pekerjaan berjalan sesuai rencana. Tapi, di balik semua itu, mereka sering kali menghadapi tantangan yang lebih besar: ketidakpastian.

Sering kali keputusan yang diambil oleh manajemen atau pimpinan proyek tidak mempertimbangkan dampak langsung bagi pekerja lapangan. Misalnya, perubahan mendadak dalam jadwal, pengurangan anggaran, atau kebijakan yang tak memperhatikan kondisi sebenarnya di lapangan. Apa yang terjadi? Pekerja lapangan yang harus menanggung akibatnya. Mereka dipaksa mengikuti perubahan yang tiba-tiba tanpa bisa banyak bersuara, karena takut akan dampak pada pekerjaan mereka.


Tumbal Itu Nggak Enak, Lo!

Tumbal bukan hanya soal kehilangan pekerjaan, tapi juga soal rasa keadilan yang hilang. Bayangkan kamu sudah bekerja keras, sudah berjuang dengan segala macam tantangan, lalu tiba-tiba keputusan dari atasan atau pimpinan yang tidak memahami realitas di lapangan justru membuat kamu harus menanggung segala konsekuensinya. Kamu diposisikan sebagai pihak yang salah, padahal kamu hanya mengikuti perintah dan mencoba menyelesaikan pekerjaan dengan baik.

Dan yang lebih parah, kadang para pekerja lapangan nggak bisa speak up, karena mereka tahu bahwa jika mereka melawan atau mengkritik kebijakan, mereka bisa kehilangan pekerjaan mereka. Ini bukan hanya masalah pekerjaan, tapi soal kehidupan. Maka, menjadi "tumbal" di dunia kerja itu rasanya nggak enak sama sekali.


Kenapa Hal Ini Terjadi?

Kenapa perusahaan, petinggi, dan project leader lebih sering melupakan mereka yang berada di garis depan? Sering kali, keputusan diambil tanpa mempertimbangkan kondisi nyata di lapangan. Mungkin ada tekanan untuk mencapai target, mungkin ada pergeseran prioritas, atau mungkin hanya masalah komunikasi yang buruk. Namun, yang jelas adalah keputusan-keputusan ini sering kali tidak memihak kepada pekerja yang ada di lapangan.

Satu hal yang sering terlupakan adalah bahwa pekerja lapangan bukan hanya "alat" untuk menyelesaikan tugas, tapi mereka juga punya pengalaman dan wawasan yang bisa memberikan masukan berharga untuk pengambilan keputusan. Namun, karena posisi mereka yang lebih rendah, suara mereka sering kali tidak didengar.


Apa yang Harus Dilakukan untuk Mengubah Ini?

Jelas, ada masalah besar dalam cara perusahaan dan pimpinan mengambil keputusan yang menyangkut pekerja lapangan. Tetapi, bukan berarti kita tidak bisa melakukan sesuatu untuk memperbaikinya. Komunikasi yang lebih terbuka antara pekerja dan manajemen bisa menjadi langkah pertama yang penting. Pekerja lapangan perlu merasa bahwa suara mereka didengar dan dihargai. Manajemen perlu lebih peka terhadap tantangan yang dihadapi oleh pekerja di lapangan, dan keputusan-keputusan yang diambil harus melibatkan pertimbangan terhadap kondisi di lapangan.

Selain itu, perusahaan harus memperlakukan pekerja lapangan dengan lebih adil, mengakui kontribusi mereka, dan memberikan ruang bagi mereka untuk berbicara tanpa takut akan dampak negatif terhadap pekerjaan mereka. Ini bukan hanya tentang kebijakan yang lebih baik, tetapi juga tentang menciptakan budaya kerja yang lebih manusiawi.


Artikel ini akan terus mengembangkan solusi-solusi lain dan mendalamkan pembahasan tentang bagaimana mengubah paradigma perusahaan dalam memperlakukan pekerja lapangan. Dengan demikian, baik pekerja di lapangan maupun manajer bisa merasa lebih dihargai dan dipahami.

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow